
![]() |
Kain Mori Setelah Dipola Batik |
Sejarah perkembangan kapas diperkirakan telah diketemukan ditiga tempat berbeda belahan dunia, yaitu India, Cina, Peru, dan Amerika Selatan. Catatan pertama ihwal kapas diketemukan oleh sejarawan Yunani berjulukan Herodotus hidup sekitar tahun 484 sebelum Masehi. Dimana pohon kapas banyak tumbuh di India pada tahun 5000 sebelum Masehi. Sahabat Herodotus bahkan menambahkan bahwa kapas berasal dari “Pohon Domba“ yang merupakan nenek moyang dari binatang domba yang sebenarnya. Penjelajah Marcopolo pada tahun 1298 menyatakan bahwa India merupakan penghasil kapas terbaik didunia.
Kain katun berasal dari serat kapas yang dihasilkan dari buah flora jenis gossypium, serat kapas terdiri dari molekul–molekul selulosa yang merupakan polimer linier tersusun dari komdensasi molekul glukosa yang terikat satu sama lain membentuk polimer yang panjang
Berdasarkan tingkat kehalusannya Kain mori atau kain katun dibedakan atas tiga golongan, yaitu:
Golongan Kain Mori Primisima
Mori Primisima yaitu golongan mori yang paling halus. Dahulu Indonesia import kain primissima dari Belanda, lalu mendatangkan dari Jepang. Tahun 1970 Pabrik cambric Medari milik GKBI mulai membangun belahan khusus menciptakan kain atau mori primissima
Mori atau kain Primissima yang dulu masuk dari negeri Belanda dengan nama cap “Sent“, tapi pada perkembangannya kini ini P.T Primissima Medari mengeluarkan produk kain yg setara dengan cap “sent “ dengan nama “Kereta Kencana“ selain itu ada lagi brand Gamelan/Gong, dan brand Tari kupu. Kain atau mori diperdagangkan dalam bentuk piece (blok, geblok, gulungan) dengan ukuran lebar 43 inchi (106 cm) dan panjang 37,5 yard (33,5 m).
Sifat–sifat khusus kain primissima yaitu hirau taacuh apabiala digunakan sebab menyerap keringat, halus sebab tenunan yang rapat serta gampang menyerap warna, sehingga sanggup menghasilkan warna yang manis apabila dipergunakan untuk media lukisan dengan mempergunakan pewarna alami. Perawatannya juga lebih gampang dan memiliki tingkat keawetan yang lebih tahan lama.Mori ini digunakan untuk batik tulis, jarang sekali untuk batik cap. Mori ini diperdagangkan dalam bentuk piece (gulungan) lebar 42" atau + 106 cm, panjang 17,5 Yard + 15,5 m.
Golongan Kain Mori Prima
Mori prima yaitu golongan mori halus kedua. Kain mori ini juga manis untuk dipergunakan sebagai media lukisan dengan memakai pewarna alami. Golongan Prima ini belum sanggup diproduksi didalam negeri, tetapi kain yangt dibentuk oleh Pabrik cambric GKBI–Medari kwalitasnya sudah mendekati golongan prima (Primatexco Batang).
Mori ini digunakan untuk batik tulis maupun cap. Mori ini diperdagangkan dalam bentuk piece (gulungan) lebar 42" atau ± 106 cm, panjang 17,5 Yard ± 15,5 m.
Golongan Kain Mori Biru
Mori biru yaitu golongan mori kualitas ketiga. Mori ini digunakan untuk batik berangasan atau sedang, tidak untuk batik tulis halus. Mori ini juga diperdagangkan dalam bentuk piece (gulungan) lebar 40" atau ± 100 cm, panjang 16 yard, 30 yard, 40 yard, dan 45 yard.
Golongan Grey/Blaco
Golongan ini yaitu jenis kain mori yang kasar.
Sebagian besar batik memakai materi mori (katun), sebab di samping harganya relatif murah juga gampang diproses. Adapun proses-proses yang dilakukan selama pembuatan batik, khususnya batik tulis atau cap yaitu sebagai berikut
Mencuci/Nggirah/ Ngetel
Biasanya mori batik diperdagangkan dengan diberi kanji secara berlebihan, biar kain tampak tebal dan berat. Karena kanji dalam proses pinjaman warna bersifat menghalangi penyerapan, maka perlu dihilangkan lalu diganti dengan kanji ringan. Cara menghilangkan kanji tersebut, kain direndam dalam larutan enzim atau direndan satu malam, lalu dikeprok/dicuci lalu dibilas dengan air bersih. Bila kain tersebut akan dibentuk batik halus (kualitas prima atau primisima), maka mori itu tidak cukup hanya dicuci saja, tetapi di “kloyor” atau di “ketel”.
Pekerjaan ngetel mori tidak hanya menghilangkan kanji saja, melainkan kain memiliki daya peresapan lebih tinggi dan supel, tetapi terjadi penurunan kekuatan kain walaupun sedikit. Proses ini mirip proses merserisasi.
Pada pembatikan sekarang, kain sudah siap untuk dibatik sebab kain dipasaran kanji yang diberikan pada kain merupakan kanji ringan dan kain telah mengalami proses merser.
Yang digunakan untuk ngetel intinya yaitu adonan minyak nabati (minyak kacang, minyak klenteng, minyak kelapa) dan bahan–bahan pelarut lain mirip soda abu, soda kostik, soda kue. Kain dikerjakan berulang–ulang dengan larutan tersebut dimana setiap pengerjaan ulang kain dikeringkan/dijemur
Pekerjaan ketelan tersebut masih banyak cara–cara dan variasinya, tiap tempat pembatikan memiliki cara dan pengalaman sendiri – sendiri. Beberapa cara diatas merupakan contoh.
Pada abad kini ini pengerjaan mengetel sudah tidak dikerjakan lagi mengingat usang dan kurang efesien. Sebagai gantinya kain direndam dalam larutan penghilang kanji mirip enzim dan sebagainya.
Menganji Kain
Kain yang akan dibentuk batik perlu dikanji biar lilin batik tidak meresap kedalam kain. Tetapi kanji tersebut dihentikan menghalangi peresapan zat warna pada kain, maka kanji yang diberikan yaitu kanji tipis atau kanji ringan.
Ngemplong
Kain mori yang telah dikanji perlu dihaluskan atau diratakan permukaannya dengan cara dikemplong.
Ngemplong yaitu meratakan kain dengan cara kain dipukul berulang–ulang dengan memakai palu dari kayu. Cara ngemplong yaitu kain yang telah dikanji dan kering, beberapa lembar kain dilipat lalu di letakKan ia atas landasan kayu yang permuakannya rata, gulungan kain diikat dengan landasan kayu biar tidak lepas, lalu kain dipukul dengan pemukul kayu. Setelah kain rata gulungan kain dibuka dan kain satu persatu dibuka, dilipat untuk dibatik.
Karena meratakan kain dalam keadaan dingin, tidak mirip bila memakai seterika panas, maka kanji pada mori gampang dihilangkan dengan pencucian. Pewarnaan tidak terganggu oleh adanya kanji pada kain batik dalam proses persiapan ini.
Mencanting atau Mencap Kain Mori
Kain yang sudah dikerjakan persiapan, bila akan dibatik, dipola lebih dulu bertujuan untuk menggambar desain dengan pinsil, lalu gres masuk pada pembatik tulis. Untuk batik cap, proses pembatikan sanggup eksklusif dikerjakan tanpa perlu dipola.
Memberi Warna
Mori batik yang telah dicap atau ditulis dengan lilin yang merupakan citra atau motif dari batik yang akan dibuat, diberi warna, sehingga pada tempat yang terbuka menjadi berwarna sedang pada tempat yang tertutup dengan lilin tidak kena warna atau tidak diwarnai.
Menghilangkan Lilin Batik
Menghilangkan lilin batik pada kain batik sanggup berupa menghilangkan sebagian atau keseluruhan. Menghilangkan lilin sebagian atau setempat yaitu melepaskan lilin pada tempat-tempat tertentu dengan cara menggaruk lilin itu dengan alat semacam pisau, pekerjaan ini disebut ”ngerok” atau ngerik”.
Menghilangkan lilin keseluruhan pada simpulan proses pembuatan batik, disebut ”mbabar” atau ”ngebyok” atau melorod. Menghilangkan lilin pada kain secara keseluruhan ini dikerjakan dengan cara pelepasan di dalam air panas, di mana lilin meleleh dan lepas dari kain. Air panas sebagai air lorodan tersebut biasanya diberi larutan kanji untuk kain batik dengan zat warna dari nabati, sedang untuk batik dengan zat warna dari anilin (sintetik) air lorodan diberi soda abu.
Untuk batik dari sutera atau serat protein yang lain, maka penghilangan lilin secara pelarutan, yaitu kain direndam dalam pelarut lilin yaitu bensin (tetapi awas akan ancaman kebakaran). Cara lain untuk menghilangkan lilin pada batik sutera, pada proses pembatikan digunakan lilin khusus yang gampang lepas pada air panas, sanggup juga tetap digunakan lilin biasa tetapi pada air lorodan diberi emulsi minyak tanah dan teepol, atau kain direndam hirau taacuh dalam larutan alkali (misalnya 10 gram per liter soda abu).