
![]() |
Batik Tionghoa Sarung Tiga Negeri |
Setelah tahun 1910, patra dan warna dari batik Tionghoa mengalami perubahan alasannya ialah lebih banyak dipakai sebagai busana. Perkembangan tersebut juga dipicu dengan keadaan pasar yang dibanjiri oleh batik Belanda. Pedagang Tionghoa memanfaatkan peluang ini dengan menciptakan batik yang patra dan warnanya cenderung dipengaruhi batik Belanda dan unsur budaya Eropa. Batik Tionghoa juga dibentuk untuk masyarakat pedalaman, dengan menampilkan warna dan patra batik Kraton. Jenis batik ini disebut "Batik Tiga Negri”, alasannya ialah membuatnya melibatkan tiga tempat pembatikan, yaitu Lasem untuk warna merah, Kudus dan Pekalongan untuk warna biru, dan Surakarta, Jogjakarta dan Banyumas untuk warna coklat.
![]() |
Batik Tionghoa, Sarung Jawa Hokokai |
Meski mengandung kesamaan dalam unsur budaya luar Indonesia, batik Belanda dan batik Tionghoa berbeda dari segi pendekatan rohaniah-nya. Patra dan warna batik Tionghoa masih banyak mengandung makna filosofis. Batik Tionghoa terutama terdapat di tempat pesisir menyerupai Cirebon, Pekalongan. Lasem, Demak dan Kudus. Batik Tionghoa yang populer antara lain karya Oey Soe Tjoen (Kedungwuni – Pekalongan), The Tie Siet, Oey Soen King, Liem Siok Hien dan Oey Koh Sing. Oey Soe Tjoen ialah batik paling dikenal di seluruh dunia alasannya ialah keindahannya.
Hal yang mendorong munculnya batik-batik dengan ragam hias yang berasal dari budaya Tionghoa ialah cara berpakaian para penduduk di kota-kota pelabuhan yang memakai batik diikuti oleh orang-orang Tionghoa , yang perempuan memakai sarting atau kain batik, sedangkan yang laki-laki memakai celana dari materi batik.
Kehalusan batik Tionghoa sanggup dikatakan menyamai batik Belanda, baik dalam teknik maupun pola. Pola-pola batik Tionghoa lebih dimensional, suatu imbas yang diperolah alasannya ialah penggunaan perbedaan ketebalan dari satu warna dengan warna lain, isen referensi yang rurnit, menyerupai cecek yang ditata dengan banyak sekali tata susun. Penampilan warna yang luar biasa ini ditunjang oleh penggunaan zat warna sintetis jauh sebelum orang-orang Indo-Belanda menggunakannya.
Batik seringkali menampilkan pola-pola dengan ragam hias satwa mitos Tiongkok, seperti:
- naga
- singa
- burung phoenix (burung Hong)
- kura-kura
- kilin (anjing berkepala singa)
- dewa-dewi
- ragam hias yang berasal dari keramik Tiongkokkuno dan
- ragam hias berbentuk mega dengan warna merah dan biru
- ragam hias buketan atau bunga-bungaan, ter-utama batik Tionghoayang dipengaruhi referensi batik Belanda dan memakai warna menyerupai batik Belanda.
Adapun ragam hias yang terdapat pada batik Tionghoatersebut merupakan perlambang atau mempunyai makna khusus, seperti:
Kupu-kupu dan Bebek Mandarin, sering dipakai sebagai simbol cinta abadi. Kupu-kupu dianggap sebagai penjelmaan pasangan Romeo-Julietnya Tionghoa (Sampek-Engtay) maka yang mengakibatkan belibis mandarin sebagai simbol ialah alasannya ialah unggas ini hanya mempunyai satu pasangan hidup sepanjang hayatnya.
Naga,dipercaya sebagai makhluk penjelmaan dewa. Makhluk ini digambarkan sebagai makhluk supranatural yang baik dan bijak. Selain itu naga pun manjadi simbol laki-laki (Yang), yang melambangkan kesuburan, hujan, di ekspresi dominan semi, dan hujan secara umum. oleh alasannya ialah itu Naga di timur disebut juga sebagai Qinglong atau naga biru.
Burung Hong, dalam catatan sejarah ekspresi dominan semi dan ekspresi dominan gugur yang ditulis pada periode ke-4 SM, digambarkan bahwa burung hong jantan ialah salah satu simbol negeri yang diperintah oleh raja yang bijaksana. Burung Hong merupakan pemimpin hewan-hewan berbulu, jikalau penggambarannya bersama dengan naga, maka burung hong merupakan simbol permaisuri yang mendampingi sang kaisar (naga).
Bunga Peony, merupakan lambang dari orang yang dicintai jikalau digabungkan dengan burung Hong)
Hal yang mendorong munculnya batik-batik dengan ragam hias yang berasal dari budaya Tionghoa ialah cara berpakaian para penduduk di kota-kota pelabuhan yang memakai batik diikuti oleh orang-orang Tionghoa , yang perempuan memakai sarting atau kain batik, sedangkan yang laki-laki memakai celana dari materi batik.
Kehalusan batik Tionghoa sanggup dikatakan menyamai batik Belanda, baik dalam teknik maupun pola. Pola-pola batik Tionghoa lebih dimensional, suatu imbas yang diperolah alasannya ialah penggunaan perbedaan ketebalan dari satu warna dengan warna lain, isen referensi yang rurnit, menyerupai cecek yang ditata dengan banyak sekali tata susun. Penampilan warna yang luar biasa ini ditunjang oleh penggunaan zat warna sintetis jauh sebelum orang-orang Indo-Belanda menggunakannya.
![]() |
Batik Lasem Bermotif Naga dan Burung Hong |
- naga
- singa
- burung phoenix (burung Hong)
- kura-kura
- kilin (anjing berkepala singa)
- dewa-dewi
- ragam hias yang berasal dari keramik Tiongkokkuno dan
- ragam hias berbentuk mega dengan warna merah dan biru
- ragam hias buketan atau bunga-bungaan, ter-utama batik Tionghoayang dipengaruhi referensi batik Belanda dan memakai warna menyerupai batik Belanda.
Adapun ragam hias yang terdapat pada batik Tionghoatersebut merupakan perlambang atau mempunyai makna khusus, seperti:
Kupu-kupu dan Bebek Mandarin, sering dipakai sebagai simbol cinta abadi. Kupu-kupu dianggap sebagai penjelmaan pasangan Romeo-Julietnya Tionghoa (Sampek-Engtay) maka yang mengakibatkan belibis mandarin sebagai simbol ialah alasannya ialah unggas ini hanya mempunyai satu pasangan hidup sepanjang hayatnya.
Naga,dipercaya sebagai makhluk penjelmaan dewa. Makhluk ini digambarkan sebagai makhluk supranatural yang baik dan bijak. Selain itu naga pun manjadi simbol laki-laki (Yang), yang melambangkan kesuburan, hujan, di ekspresi dominan semi, dan hujan secara umum. oleh alasannya ialah itu Naga di timur disebut juga sebagai Qinglong atau naga biru.
Burung Hong, dalam catatan sejarah ekspresi dominan semi dan ekspresi dominan gugur yang ditulis pada periode ke-4 SM, digambarkan bahwa burung hong jantan ialah salah satu simbol negeri yang diperintah oleh raja yang bijaksana. Burung Hong merupakan pemimpin hewan-hewan berbulu, jikalau penggambarannya bersama dengan naga, maka burung hong merupakan simbol permaisuri yang mendampingi sang kaisar (naga).
Bunga Peony, merupakan lambang dari orang yang dicintai jikalau digabungkan dengan burung Hong)